mertuaku lebih jantan

Suatu ketika, Pak Danu, ayah mertuaku datang untuk menjenguk cucunya yang baru duduk di kelas 1 SD. Kebetulan suamiku yang kerja di pelayaran sudah hampir 5 bulan belum dapat cuti. Sementara pembantuku sedang pulang kampung. Jadi aku sendirian yang harus menjamu mertuaku itu.
Malam itu udara begitu panas. meskipun aku udah memakai baju yang super tipis, namun aku masih kegerahan. Itulah sebabnya aku keluar kamar untuk mencari udara segar. saat itu sudah pukul 11, sudah larut, pikirku.
Saat aku melewati ruang tengah kulihat mertuaku sedang tidur di sofa. Mungkin beliau juga merasa gerah, karena beliau memilih untuk tidur di luar kamar dan hanya memakai celana kolor pendek saja.
Sesaat sku kagum melihat tubuhnya. Diusianya yang hampir ke pala enam itu, beliau masih memiliki tubuh yang tegap, kencang, kekar dan berotot. Beda dengan Mas Erwin yang kerempeng dan jauh dari kata Sexy.
Entah kenapa rasa lapar akan sentuhan laki-laki tiba-tiba muncul. Sesaat aku memandang sesuatu yang menonjol di antara pahanya. Aku memberanikan diri untuk mendekati pak Danu yang masih terlelap. perlahan-lahan, dengan sedikit gemetar, ku ulurkan tanganku dan kuletakkan di atas tonjolan itu. Rasa hangat perlahan menjalar melalui pori pori tubuhku. Tidak puas hanya menyentuh dari luar, denagn hati-hati aku berusaha untuk menarik celana kolor itu ke bawah. Di luar dugaan, Pak Danu justru sedikit mengangkat pantatnya sehingga dengan mudah celana kolor itu terlepas melalui ujung kakinya.
Tenggorokanku tercekat saat melihat kejantanan Pak Danu yang tepat berada di hadapanku. Walaupun masih terkulai, namun ukurannya sudah mengagumkan. Aku membayangkan bagaimana besarnya kontol itu saat ngaceng dan merencah memekku.
aku sudah tak sabar tuk melihat ukuran asli kejantanan Pak Danu. Dengan lembut aku mulai membelai dan megurut-urut benda kenyal itu. perlahan-lahan kontol itu mulai mengembang dan mengeras. Dan Astaga, ternyata ukurannya jauh melampaui yang aku bayangkan. Begitu panjang dan besar. Guratan otot-ototnya begitu kencang menghiasi batang kontol yang sudah ngaceng itu.
"Ooohh...!" tanpa kusadari, Pak Danu mulai mendesah pelan. Terkadang tubuhnya menggeliat geliat nikmat. tangan kanannya mulai bergerak halus mencari resleting gaunku dan menariknya ke bawah. Aku polos, aku telanjang di depan mertuaku sendiri.
Tak kusangka mertuaku ini akam menanggapi belaian dan remasanku di kejantanannya.
"Oouuhh...Ssstthhh!" Pak Danu merintih nikmat. Tangannya yang kekar membelai rambutku dan menekan kepalaku mendekati kejantanannya. Aku tahu yang diinginkan mertuaku ini. Aku menjulurkan lidahku dan menyapu ujung kontolnya yang mengkilat berwarna jingga.
"Sssshhtt....! Oohh..,Nduk! Teruskan...,Nduk! Sudah lama bapak tidak merasakan ini, Nduk!"
Akupun mulai memasukkan batang kontol itu ke mulutku dan mengulumnya. Karena ukurannya yang lebih besar daripada milik suamiku, sesaat aku kesulitan untuk mengulumnya. Namun kemudian dengan perlahan aku mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Sementara kedua tanganku melakukan belaian di sekitar pangkal pahanya yang kekar.
"Oouchh..(nduk! Nikmat...banget!"
Aku melirik ke wajah Pak Danu yang mengegadah nikmat. Sesekali dia mendesah dan menggelinjang nikmat.
Sesaat aku melepaskan kulumanku untuk mengambil napas. "Kenapa berhenti, Nduk?" Sesaat Pak Danu merasa kecewa.
"Sebentar, Pak! Saya ambil napas dulu. sumpah, kontol bapak benar benar besar. Mulut saya sampai penuh dan sesak!"
"Apa kontol suamimu tidak sebesar punya bapak ini?"
"Wah, punya Mas erwin hanya setengahnya saja." Kembali aku memainkan kontol Pak danu. Dengan kocokan kocokan lembut, sesekali aku menghisap isap kejantanan itu.
"Ssssttthh...., Oh..,Nduk! Aku udah gak tahan lagi!"Pak Danu kemudian duduk bersandar di sofa beluderu itu. tubuhnya agak condng ke belakang sehingga aku dengan mudah dapat membelai dan menciumi dada bidangnya yang berbulu. Detelah puas dengan belaian dan remasan di sekujur tubuhnya, aku bangkit dan duduk di pangkuan Pak danu.
Posisi dudukku mengangkangi tubuh pak Danu yang berotot itu. Sehingga dengan jelas Pak Danu dapat melihat liang vaginaku yang sudah basah dan siap menelan kejantanan Pak Danu. perlahan-lahan aku membimbing kejantanan Pak danu ke arah vaginajku. Setelah aku ras tepat aku memajukan pantatku dan menekannya kuat kuat.
"Aaaouuhh...!" aku menjerit kecil. Batang kontol Pak danu terlalu besar untuk memekku, sehingga bibr vaginaku terasa seret dan sesak. Sekali lagi aku menekannya, dan akhirnya kejantan itu dapat masuk seluruhnya. Sesaat kami mendiamkan kontol itu tertanam di dalam goa darbaku.
Kemudian dengan kedua tangan bertumpu pada dada bidang mertuaku aku mulai mengayunkan pantatku maju mundur, penuh irama.
"Ssssshhhttt....ooohhh...!" Pak Danu menceracau tak karuan. Kedua tangannya tampak sedang memegang buah pantatku yang sesekali membuat gerakan memutar.
"Oh..Pak Danu! Sssstthh......yeah...!"
Aku merintih pelan saat bibr basah Pak danu dengan lembut menciumi leher dan buah dadaku. Gesekan-gesekan kumisnya yang tebal justru membuatku bertambah nafsu.
"Ooohhhh...yeahhh...!"
Sudah hampir satu jam kami berpacu dalam luapan birahi. Batang kejantanan Pak Danu yang besar dengan liar menusuk nusuk memekku. Membuatku tersa melayang diantara awan lembut.
"Ohhh, Pak danu! Bapak memang pejantan tangguh. Belum pernah saya merasakan senikmat ini bercinta dengan Mas Erwin. Ooohhhhh..., sssshhtttt...!"
Aku semakin mempercepat gerakanku. Semakin liar dan tak teratur. bagaikan menunggang banteng matador.
Cret...cret...pret..pret...!
"Oh, pak danu! Sa...ya.. sudah.... tak.. tahan.. la...gi...!Ohhhh....ssshtt...!'
Tubuhku mulai mengejang. Namun Pak Danu masih terus menusukkan kontilnya terus ke dalam. Semakin lama gerakan kami semakin cepan. Hingga akhirnya....
"Aaahhhrrrkk...!'
"Ooouhhhh....!"
Muncratlah magma panas dari kemaluan kami. Lahar putih menjalar, mengalir dari batang kontol Pak Danu yang masih tertanam.Tulang tulangku seakan rontok sehingga tubuhku jatuh diatas tubuh Mertuaku. Dengan lembut Pak Danu memeluk tubuhku dan membelai rambutku. Di wajahnya terlihat goresan senyum kepuasan dan keperkasaannya.
"Oh, Lin! Bapak benar benar puas malam ini!"
"Saya juga, Pak! Ternyata Bapak lebih jantan dan perkasa dibanding Mas Erwin."
Begitulah, malam itu aku benar benar mengakui, Mertuaku lebih Jantan daripada suamiku. Dan aku masih mengharapkan kehangatan pria lagi. tidak hanya dari suami maupun mertuaku. Namun dari semua laki laki yang mau memuaskan rasa hausku akan sebuah kejantanan.

15 comments:

Unknown mengatakan...

Wanita Dewasa yg sedang mencari solusi kebutuhan intimnya dengan aman dan nyaman sms ke 081807577763 dgn tom / rahasia dijamin

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

mauu dong

Unknown mengatakan...

ada cwek yg doyan ngwek ga ..hubungin gue ye

Unknown mengatakan...

nih pin bb gue 7ce966ad buat cwek yg haus sex

Unknown mengatakan...

4n1 knpe kmu dc aqu aqu kn mauu puasin kmu

Unknown mengatakan...

ani td yg di dp bbm aqu tuh fto kpnkanku law aqu ukuran penisnya 20 cm dn gede..plees invite aqu lg ya..

Unknown mengatakan...

ani td yg di dp bbm aqu tuh fto kpnaknku law aqu udh umur 37 dan penis aqu pnjg20cm n thn lama law ml minimal 2 jam

Unknown mengatakan...

ani pin kmu brp

vimax asli mengatakan...

I love your website. I wanted to appreciate it for this good read!!

agen vimax asli mengatakan...

mantap

obat pembesar penis mengatakan...

jos banget

Toko Achong - Hua mengatakan...

BEST SELLER PRODUK TOKO ACHONG - HUA


- alat bantu sex pria

- alat bantu sex wanita

- cream pembesar payu dara

- kapsul pembesar payu dara

- kapsul peninggi badan

- kecantikan

- kesehatan

- kondom silikon

- minyak pembesar penis

- obat kuat pria

- obat pelangsing

- obat pembesar penis

- obat penggemuk badan

- obat penumbuh rambut

- obat penyubur sperma

- obat perangsang

- penghilang tatto permanen

- vakum pembesar penis

- vakum pembesar payu dara

- SELAMAT BERBELANJA -

warsini mengatakan...

nonokku gatel nih..
puasin aku ya.....

085726550817

Obat Pembesar Penis mengatakan...

Memang benar penis besar itu sangat berpengaruh sama kenikmatan pasangan.

Posting Komentar